Hamburg – KJRI Hamburg menerima kunjungan siswa Sekolah Tumbuh dari Yogyakarat bersama dengan Sekolah Wichern Hamburg pada Jumat (30/08) pagi.
Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Wironegoro, selaku pimpinan rombongan Sekolah Tumbuh, menyampaikan bahwa kunjungan ini bertujuan untuk mengenalkan kepada siswa di luar Indonesia tentang kekayaan budaya Indonesia melalui alat musik gamelan serta harapan untuk dapat menjalin kerja sama dan kolaborasi antara Indonesia dan Jerman.
Baca juga:
Kaidah Penulisan Opini
|
Konjen RI Hamburg dalam sambutan menyampaikan bahwa diharapkan kegiatan ini dapat memberikan pengalaman yang tidak terlupakan bagi siswa dari kedua sekolah untuk dapat mempelajari dan menghargai budaya dari masing-masing negara dan dapat mempererat hubungan antara masyarakat Indonesia dan Jerman.
Dalam kunjungan tersebut siswa-siswa Sekolah Tumbuh menampilkan lagu "GundulGundul Pacul" dengan menggunakan gamelan yang dimiliki oleh KJRI Hamburg serta menampilkan penampilan musikal dalam bahasa inggris yang berjudul "Cah Dolanan“ yang bertemakan berbagai permainan tradisional anak-anak Indonesia. Penampilan tersebut disambut dengan antusias oleh siswa-siswi dari sekolah Wichern Hamburg yang tampak sangat terhibur.
Baca juga:
Teknik Menulis Berita 'Feature'
|
Kegiatan diakhiri dengan siswa-siswi Sekolah Tumbuh memperkenalkan dan mengajarkan tata cara bermain Gamelan kepada siswa-siswi Wichern. Pada kegiatan tersebut tampak interaksi yang hangat antara kedua pelajar yang berbeda negara.
Mereka tampak antusias untuk saling bertukar cerita mengenai Gamelan dan kegiatan belajar mereka di sekolah masing-masing serta bertukar cenderamata. Salah satu siswa sekolah Wichern menyampaikan ketertarikannya untuk liburan ke Indonesia setelah kunjungan tersebut. Sebuah momen indah untuk mempererat persahabatan dan berbagi budaya antara Indonesia dan Jerman.
Baca juga:
Kaidah Penulisan Tanda Baca
|
Kunjungan Sekolah Tumbuh ke KJRI Hamburg merupakan salah satu rangkaian kegiatan program kunjungan sosial budaya Sekolah Tumbuh ke Eropa (Belanda dan Jerman) yang difasilitasi oleh Stichting Hibiscus di Belanda dan dipimpin oleh Kanjeng Pangeran Haryo Wironegoro.